Selasa, 21 Juli 2009

ഇനെറെലെങേന്ചി

Dari zaman dahulu sampai sekarang masyarakat sering mengungkapkan kata-kata intelek. Setiap individu yang memiliki daya nalar dan kecerdasan yang tinggi bisa dikatakan kaum intelek. Tapi, lain dulu lain sekarang. Individu sekarang yang memberikan statement intelek diberikan kepada orang-orang yang memiliki jabatan. Apa sebenarnya intelegensi itu? Banyak sekali para pakar mencoba untuk mendefinisikan intelegensi dan cara untuk mengukurnya. Beberapa menggambarkan sebagai kapasitas innate untuk belajar, berfikir, menalat, memahami dan memecahkan masalah.

Beberapa ahli mengemukakan berbagai definisi mengenai intelegensi, antara lain:

David Wechsles berpendapat bahwa:

“Intelligence as the aggregate or global capacity of the individual to act purposefully to think rationally and to deal effectively with his environment”

(1963:114)

Jadi intelegensi adalah suatu kumpulan atau keseluruhan kapasitas seseorang untuk bertindak secara sengaja, berfikir secara rasional dan bertindak efektif terhadap lingkungannya.

Sedangkan Crow dan Crow mengatakan:

“Intelligence is the term applied to these activities that are associated with the higher mental processes, among the various aspects, memory, imagination, reasoning, and other form of mental activity”

(Crow & Crow, 1958: 114)

Jadi intelegensi adalah istilah bentuk yang digunakan untuk semua kegiatan yang dihubungkan dengan proses mental tinggi. Beberapa aspek intelegensi antara lain, daya ingat, daya imajinasi, penalaran dan bentuk-bentuk kegiatan mental lain.

Sementara itu menutut Stern:

“Intelligence is a general capacity of an individual consciously to adjust his thinking to new requirements: it is general mental adaptability, to new problems and condition of life”

(1963: 112)

Menurut Stern, intelegensi adalah kapasitas umum dari individu untuk menyesuaikan pola berfikirnya terhadap ketentuan-ketentuan baru, merupakan kemampuan adaptasi mental umum terhadap masalah-masalah dan kondisi-kondisi baru dalam kehidupannya.

Sedangkan Snyderman dan Rothman (dalam Gage & Berliner, 1992 : 52) menanyakan kepada sekelompok ahli psikologi dan pendidikan untuk membuat urutan mengenai aspek-aspek yang penting dalam intelegensi. Mereka sependapat untuk membagi dalam tiga kemampuan, yaitu:

a. Kemampuan untuk menghadapi konsep-konsep abstrak (ide-ide, simbol-simbol, hubungan-hubungan, konsep-konsep, prinnsip-prinsip) dari pada hal-hal yang kongkrit.

b. Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah, dalam menghadapi situasi baru ataupun situasi yang sudah dikenal, dengan menampilkan respon secara cepat.

c. Kemampuan untuk belajar, khususnya yang mempelajari dan menggunakan abstraksi terhadap hal-hal yang melibatkan huruf-huruf dan simbol-simbol lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar